BAB
IV
PERKIRAAN
DAN ANTISIPASI TERHADAP MASYARAKAT MASA DEPAN
A. Perkiraan
Masyarakat Masa depan
Di
dalam penjelasan UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
dinyatakan bahwa “ Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan
bangsa yang bersangkutan. “ Melalui upaya pendidikan, kebudayaan dapat
diwariskan dan dipelihara oleh setiap generasi bangsa.
Demi
pemahaman dan karena adanya saling pengaruh antara pendidikan dan latar
sosio-kultural, maka perlu dikemukakan lebih dahulu pengertian kebudayaan.
Kebudayaan merupakan” keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus di
biasakan dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu”
(Koentjaraningrat, 1974: 19) . kebudayaan itu dapat:
1) Berwujud
ideal yakni ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan ,dan sebagainya.
2) Berwujud
kelakuan yakni kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3) Berwujud
fisik yakni benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1974: 15-22).
Pengertian
kebudayaan yang luas itu sering kali dipecah lagi dalam unsur-unsurnya
khususnya unsur-unsur universal dari kebudayaan,yakni:
(a) Sistem
religi dan acara keagamaan.
(b) Sistem
dan organisasi kemasyarakatan.
(c) Sistem
pengetahuan.
(d) Bahasa.
(e) Kesenian
(f) Sistem
mata pencarian
(g) Sistem
teknologa dan peralatan.
Unsur-unsur tersebut diurutkan dari mulai yang umum
nya sukar berubah atau karena pengaruh dari kebudayaan lain sampai yang paling
mudah atau berubah atau diganti dengan unsur serupa dari kebudayaan lain
(Koentjaraningrat, 1974: 11-13).
Sejarah telah mencatat bahwa perubahan dari
masyarakat pertanian ke masyarakat industri relatif lebih lama dibandingkan
dengan perubahan masyarakat industri kemasyarakat informasi. Bahkan di berbagai
negara berkembang, termasuk Indonesia , masih berada dalam masa transisi dari
masyarakat pertanian ke masyarakat industri serta segera di iringi perubahan ke
masyarakat informasi (Dirjen Pembinaan Pers dan Grfika, 1992: 6). Berikut
beberapa ciri masyarakat masa depan :
(1) Kecendrungan
globalisasi yang makin kuat.
(2) Perkembangan
iptek yang makin cepat.
(3) Perkembangan
arus informasi yang semakin padat dan cepat.
(4) Kebutuhan/penuntututan
peningkatan layanan profesional dalam berbagai segi kehidupan manusia.
1.
Kecendrungan
globalisasi
Istilah
globalisasi (asal kata: global yang berarti secara umumnya, utuhnya,
kebulatanya) bermakna bumi.
Gelombang
globalisasi sedang menerpa seluruh aspek kehidupan dan penghidupan manusia,
menyusup kedalam seluruh unsur kebudayaan dengan dampak yang berbeda-beda.
Menurut Email Salim (1990: 8-9) terdapat empat bidang kekuatan gelombang
globalisasi yang paling kuat dan menonjol daya dobraknya, yakni bidang-bidang
iptek, ekonomi, lingkungan hidup, dan pendidikan. Beberapa kecendrungan
globalisasi dari ke empat bidang tersebut sebagai berikut:
a. Bidang
iptek yang mengalami perkembangan yang semakin dipercepat, utamanya dengan
penggunaan berbagai teknologi canggih seperti komputer dan satelit. Kekuatan
globalisasi pertama ini membuat bumi seakan-akan sempit dan transparan.
b. Bidang
ekonomi yang mengarah kepada ekonomi regional dan ekonomi global tanpa mengenal
batas-batas negara. Globalisasi ekonomi menyebabkan negara hanya bertapal batas
politik saja, sedang dari segi ekonomi semakin kabur.
c. Bidang
lingkungan hidup telah menjadi bahan pembicaraan dalam berbagai pertemuan
internasional, yang mencapai puncaknya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)
Bumi, atau nama resminya Konferensi PBB mengenai lingkungan hidup dan
Pembangunan (UNCED), pada awal juni 1992 di Rio de Jeneiro, Brasil.
d. Bidang
pendidikan dalam kaitan nya dengan identitas bangsa, termasuk budaya nasional
dan budaya nusantara.
Di
samping keempat bidang tersebut, kecendrungan globalisasi juga tampak dalam
bidang politik, hukum dan HAM, paham demokrasi dan sebagainya.
2.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
Perkembang
iptek pada akhir abad ke-20 ini sangat mengesankan, utamanya dalam bidang
transportasi, telekumunikasi dan informatika, genetika, biologi mulekul serta
bioteknologi, dan sebagainya. Globalisasi perkembangan iptek tersebut ada yang
positif dan negatinya juga. Segi positifnya antara lain untuk memudahkan untuk
mengikuti perkembangan iptek yang terjadi di dunia, menguasai dan menerapkan
untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Sedangkan segi negatif akan timbul
apabila kondisi sosial-budaya belum siap menerima limpahan itu (Pratiwi
Sudarsono, 1990: 14-15).
Percepatan
perkembangan iptek tersebut terkait dengan landasan otologis, epistemologis,
dan aksiologis (Filsafat Ilmu, 1981: 9-15). Segi landasan ontologis, objek
telaahan ialah berupa pengalaman atau segenap ujud yang dijangkau lewat alat indra
telah mengalami perkembangan yang pesat karena didapatkan nya peranti (device)
yang membantu alat indra tersebut.
Selanjutnya,
dari segi landasan epistimologis, cara yang dipakai untuk memperoleh
pengetahuan yang disebut ilmu pengetahuan tersebut telah mengalami perkembangan
yang pesat. Tentang hal tersebut Bertand Russel (1953) melukiskan secara
homoris : “ Untuk manusia modern yang terdidik, seakan akan suatu hal yang
biasa bahwa kebenaran suatu fakta harus dilakukan dengan pengamatan, dan tidak
berdasar kan pada konsultasi kepada seorang ahli.” Aristoteles bersikeras bahwa
wanita mempunyai gigi yang lebih sedikit dari laki-laki. “ sekarang kita sadari
dengan sepenuhnya betapa salahnya ahli teori yang berpendapat bahwa teori
datang secara induktif dari pengalaman”. Demikian pendapat Einstein (1936, dari
Mouly 1963: 90). Oleh karena itu, sejak Charles Darwin mempolopori penggabungan
metode deduktif dan metode induktif, dan dengan pengajuan hipotesis, maka
sekarang dipakai sebagai daur hipotetiko-dedukto-verifikatif dalam metode
ilmiah (Filsafat Ilmu, 1981:15 dan 156), ataupun Model
Induktif-Hipotetiko-Deduktif dalam proses penelitian (Raka Joni, 1984: 6).
Dan
akhirnya landasan aksiologis atau untuk apa iptek itu dipergunakan, yang
mempersoalkan tentang penggunaan iptek tersebut secara moral tertuju pada
kemaslahatan manusia. Terdapat serangkaian kegiatan perkembangan dan
pemanfaatan iptek, yakni:
(1) Penelitian dasar (basic research)
(2) Penelitian
terapan (applied research)
(3) Pengalaman
teknologi (technological development)
(4) Penerapan
teknologi.
Masyarakat
masa depan adalah masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh iptek, yang akan
lebih membenarkan ucapan Francis Bacon bahwa “ Ilmu adalah kekuasaan”. Dan
kalau ilmu adalah kekuasaan maka teknologi merupakan alat kerusakan atas:
a) Manusia,
yakni demi kemaslahatan atau sebaliknya mengeksploitasi manusia itu.
b) Kebudayaan,
yakni memperkaya dan memperkuat kebudayaan atau melunturkan nilai-nilai budaya
yang dapat menimbulkan krisis identitas budaya.
c) Alam,
yakni memanfaatkan sambil menjaga kelestariannya atukah memusnahkan seluruh
kehidupan di bumi (Filsafat Ilmu,1981: 164-166). Oleh karena itu, pengusaha
iptek merupakan salah satu kunci keberhasilan masyarakat kita dimasa depan.
3.
Perkembangan
Arus Komunikasi yang Semakin Padat dan Cepat
Salah
satu perkembangan iptek yang luar biasa adalah yang berkaitan dengan
komonikasi, komputer dan sebagainya. Sekedar beberapa contoh pemakaian satelit
komonikasi komputer, dan sebagainya telah membuka peluang surat eletronik,
surat kabat eletronik, siaran televisi langsung dari satelit kerumah-rumah
(DBS), dan lain-lain (Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, 1992). Seiring dengan
itu, komonikasi antar manusia yang berbeda dalam latar kebangsaan dan
kebudayaan makin meluas karena kemajuan transportasi dan telekomonikasi.
Pada
umumnya bentuk komonikasi lansung dikenal sebagai komonikasi antarpribadi, baik
komonikasi antar dua orang ataupun kelompok dengan ciri pokok adanya dialog
diantara pihak yang berkomonikasi. Seperti diketahui, proses komonikasi
meliputi beberapa unsur dasar, yakni:
(1) Sumber
pesan seperti harapan, gagasan, perasaan atau perilaku yang di ingin kan oleh
pengirim pesan.
(2) Penyandian
(encoding), yakni perubahan/penerjemahan isi pesan kedalam bentuk yang serasi
dengan alat pengirim pesan.
(3) Transmisi
(pengiriman) pesan.
(4) Saluran
(5) Pembukasandian
(Decoding) yakni penerjemahan kembali apa yang diterima ke dalam isi pesan oleh
penerima.
(6) Reaksi
internal penerima sesuai pemahaman pesan yang diteromanya.
(7) Gangguan/hambatan
(noise) yang dapat terjadi pada semua unsur dasar lainnya.
Pada
komonikasi satu arah, proses komonikasi berlangsung dari butir (1) kebutir (6),
yakni dari pengirim kepenerima; sedangkan pada komonikasi dua arah, khususnya
antarpersonal, kedua pihak secara bergantian dapat menjadi pengirim maupun
penerima (Berlo, dari Komonikasi Pendidikan, 1982/1983: 24-25; Johnson).
Alih
teknologi ke negara berkembang berjalan relatif sangat lambat, dan arus
informasi didominasi oleh beberapa negara maju. Oleh karena itu, diperlukan
berbagai upaya untuk merebut teknologi tersebut. Terdapat beberapa faktor yang
harus diperhatikan (Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika,1992: 18-20) dalam
upaya-upaya tersebut, seperti:
(1) Perkembangan
teknologi satelit yang mutakhir.
(2) Penggunaan
teknologi digital yang mampu menyalurkan singal yang beragam (suara, vidio, dan
data) menuju bentuk ISDN (integrated
service digital network) yang dikelola dengan sistem komputer (muncul kini
istilah “cummunication” atau “C dan
C” .
(3) Di
bidan media cetak antara lain menggunakan VDT (vidio display terminal), surat kabar eletronik, dan sistem cetak
jarak jauh.
(4) Di
bidan media eletronik antara lain penggunaan DBS (direct broadcast satelitte), penggunaan HDTV (high definition television), dan sebagainya. Kesemuanya itu akan
mempercepat terwujudnya suatu masyarakat informasi, sebagai masyarakat masa
depan.
4.
Peningkatan
Layanan Profesional
Perkembangan
iptek makin cepat serta perkembangan arus informasi yang semakin cepat, maka
anggota masyarakat masa depan makin luas wawasan dan pengetahuan nya serta daya
kritis yang semakin tinggi.
Robert
W. Richey (1974) dan D. Westby-Gibson (1965) mengemukakan berbagai ciri profesi
(dari Profesionalisasi jabatan Guru, 1983: 4-6) yaitu:
a. Penetapan
dan pemantapan layanan unik yang diberikan oleh suatu profesi sehingga
memperoleh perlakuan masyarakat dan pemerintah. Sekadar contoh: Layanan unik
dari para dokter, dan apabila dilakukan oleh pihak lain, akan dituduh sebagai
dokter “palsu”.
b. Penyepakatan
antar kelompok profesi dan lembaga pendidikan prajabatan tentang standar
kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh setiap calon profesi tersebut.
c. Akreditas,
yakni pengakuan resmi tentang kelayakan suatu program pendidikan prajabatan
yang ditugasi menghasilkan calon tenaga profesi yang bersangkutan.
d. Mekanisme
sertifikasi dan pemberian izin praktek. Sertifikasi merupakan pengakuan resmi
kepada seorang yang memiliki kompetensi yang di prasyaratkan oleh profesi
tertentu. Sedangkan izin prakteknya diberi jika tenaga pemula tersebut dapat
membuktikan kemandiriannya dalam memberikan layanan sesuai dengan kode etik
profesi bersangkutan.
e. Pemangku
profesi (perorangan/kelompok) bertanggung jawab penuh atas segala aspek
pelaksanaan tugas yakni kebebasan mengambil keputusan secara profesional.
Penilaian pihak lain haruslah berupa penilaian sesama ahli yang sederajat. “ independent judgement “ merupakan ciri
esensial dari profesionalitas.
f. Kelompok
profesional memiliki kode etik, yang berfungsi ganda yakni:
(1) Perlindungan
terhadap masyarakat agar memperoleh layanan yang bermutu.
(2) Perlindungan
dan pedoman peningkatan kualitas anggota.
B.
Upaya
Pendidikan dalam Mengantisipasi Masa Depan
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang
berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan
secara sistematis-sistematik. Pendekatan sistematis adalah pengembangan
pendidikan dilakukan secara teratur melalui perencanaan yang bertahap; sedang sisitematik
menunjuk pada pendekatan sistem pada proses berfikir yang mengaitkan secara
fungsional semua aspek dalam pembaruan pendidikan tersebut (Depdikbud,
1991/1992a:21). Penggarapan pada lapis institusional berkaitan dengan aspek
kelembagaan seperti: Kurikulum, struktur dan mekanisme pengelolaan,
saran-prasarana, dan lain-lain. Keberhasilan pengembangan pendidikan tergantung
pada keserasian penggarapan pada ketiga lapisan itu; tidak cukup hanya pada
tingkat pengambilan keputusan (umpama dengan keputusan menteri) tetpi harus
secara serentak dengan penyiapan kelembagaan dan ketenagaan.
Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan
kunci keberhasilan bangsa dan negara Indonesia abad ke-21 yang akan datang.
Oleh karena itu, kajian selanjutnya adalah:
(1)
Tuntutan bagi manusia masa depan.
(2)
Upaya mengantisipasi masa depan,
utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap sebagai manusia
modern, pengembangan kehidupan manusia dan kebudayaan, serta pengembangan
sarana pendidikan.
1.
Tuntutan bagi Manusia Masa Depan (Manusia Modern)
Dalam
penjelasan PP RI No.28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar (yakni penjelasan
pasal 3) dikemukakan rincian tujuan-tujuan Pendidikan Dasar tersebut (UU, 1992:
79-80) sebagai berikut:
a. Pengembangan
kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya untuk:
1) Memperkuat
dasar keimanan dan ketaqwaan;
2) Membiasakan
untuk berperilaku yang baik;
3) Memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar;
4) Memelihara
kesehatan jasmani dan rohani;
5) Memelihara
kemampuan untuk belajar; dan
6) Membentuk
kemampuan untuk belajar.
b. Pengembangan
kehidupan peserta didik sebagai anggota masyarakat sekurang-kurang mencakup
upaya untuk:
1) Memperkuat
kesadaran hidup beragama dalam masyarakat;
2) Menumbuhkan
rasa tanggung jawab dalam masyarakat; dan
3) Memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam
kehidupan masyarakat.
c. Pengembangan
kehidupan peserta didik sebagai warga negara sekurang-kurang nya mencakup:
1) Mengembangkan
perhatian dan pengetahuan tentang hak dan kewjiban sebagai warga negara
Republik Indonesia;
2) Menanamkan
rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan negara; dan
3) Memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
d. Pengembangan
peserta didik sebagai anggota umat manusia mencakup:
1) Meningkatkan
harga diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat;
2) Meningkakan
kesadaran tentang Hak Asasi Manusia;
3) Memberikan
pengertian tentang ketertiban dunia; dan
4) Meningkatkan
kesadaran pentingnya persahabatan antar bangsa.
e. Mempersiapkan
peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah dalam menguasai kurikulum
yang disyaratkan.
Membangun
Indonesia seutuhnya adalah manusia Indonesia sebagai fakta apriori yang kemudian dibangun dengan bekal ilmu pengetahuan dan
teknulogi serta keahlian dan kemahiran lainnya sebagai fakta aposteriori “(Fuad Hasan, 1986; 40).
Untuk jenjang Pendidikan Dasar hal itu berarti bahwa kemampuan dasar sebagai
manusia Pancasila yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar akan siap
untuk:
(a) Memasuki
lapangan kerja sebagai manusia pembangunan setelah melalui orientasi atau
pelatihan tambahan sesuai dengan kebutuhan.
(b) Melanjutkan
kependidikan menengah.
Tuntutan
manusia Indinesia dimasa depan, setelah kemampuan dasar tersebut di atas,
terutama diarahkan kepada pembekalan kemampuan yang sangat diperlukan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan di masa depan tersebut. Beberapa diantaranya
seperi:
(1)
Ketanggapan terhadap berbagai masalah
sosial, politik, kultural, dan lingkungan.
(2)
Kreativitas dalam menemukan alternatif
pemecahannya.
(3)
Efisiensi dan etos kerja yang tinggi
(Sekretariat Bersama, 1989: 10).
Bertolak
dari tesis ketidakpastian, Makaminan Makagiansar (1990: 5-6) mengemukakan
pentingnya pengembangan empat hal pada peserta didik, yakni:
(1)
Kemampuan mengantisipasi perkembangan
berdasarkan ilmu pengetahuan.
(2)
Kemampuan sikap untuk mengerti dan
mengatasi situasi.
(3)
Kemampuan mengakomodasi, utamanya
perkembangan iptek serta perubahan yang diakibatkannya.
(4)
Kemampuan mereorientasi, utamanya
kemampuan seleksi terhadap arus informasi yang memborbardirnya.
Akhirnya
dikemukakakn pendapat Mayjen Sajidiman (1972: 10-11) yang menekankan kemampuan
yang diperlukan manusia Indonesia berdasarkan fungsinya, yakni:
(a)
Pekerja yang terampil menjadi bagian
utama dari mekanisme produksi (dalam arti luas) yang harus lebih efektif dan
efisien.
(b)
Pemimpin dan manajer yang efektif, yang
memiliki kemampuan berfikir, mengambil keputusan yang tepat pada waktunya serta
mengendalikan pelaksanaan dengan cakap dan berwibawa.
(c)
Pemikir yang mampu menentukan/memelihara
arh perjalanan dan melihat segala kemungkinan di hari depan.
2. Upaya Mengantisipasi Masa Depan
Kajian
tentang upaya mengantisipasi masa depan melalui pendidikan akan di arahkan
pada:
(a)
Aspek yang paling berperan dalam
individu untuk memberi arah antisipasi tersebut yakni nilai dan sikap.
(b)
Pengembangan budaya dan sarana.
(c)
Tentang pendidikan itu sendiri, utamanya
pengembangan sarana pendidikan. Ketiga hal tersebut merupakan titik trategi
dalam mengantisipasi masa depan tersebut.
a.
Perubahan Nilai dan Sikap
Nilai
dan sikap memegang peranan penting dalam menentukan wawasan dan perilaku
manusia. Nilai merupakan norma, acuan yang seharusnya, dan atau kaidah yang
akan menjadi rujukan perilaku. Salah satu nilai tersebut akan tampak dalam
sikap (attitude) seseorang.
Sebagai
kemampuan internal, sikap akan sangat berperan menentukan apabila terbuka,
kemungkinan berbagai alternatif untuk bertindak. Dalam sikap dibedakan tiga
aspek, yakni:
(1)
Aspek kognitif seperti pemahaman tentang
objek sikap.
(2)
Aspek afektif yang sangat dipengaruhi
oleh nilai dan dapat sangat subjektif seperti setuju atau tidak setuju, suka
atau benci, dan sebagainya.
(3)
Aspek kognitif yang mendorong untuk
bertindak sesuai dengan sikap terhadap objek tersebut.
Pembentukan
nilai dan sikap dalam diri seseorang dapat dilakukan dengan berbagai macam
cara, seperti pembiasaan, internalisasi nilai melalui ganjaran hukuman,
keteladanan, teknik klarisifikasi nilai, dan sebagainya.
Hasil
belajar berupa nilai dan sikap dapat dikatagorikan:
(1)
Penerimaan (receiving, attending)
(2)
Penanggapan (responding)
(3)
Penilaian, peyakinan (valuing)
(4)
Pengorganissian, konseptualisasi (organization).
(5)
Pewatakan, pemeranan (characterization).
b. Pengembangan Kebudayaan
Salah
satu upaya penting dalam mengantisipasi masa depan adalah upaya yang berkaitan
dengan pengembangan kebudayaan dalam arti luas, termasuk hal-hal yang berkaitan
dengan sarana kehidupan manusia. UNESCO telah menetapkan konsep Dasawaesa
Kebudayaan Sedunia yang menekankan bahwa pengembangan kebudayaan dunia masa
kini harus meliputi empat dimensi (Makaminan Makagiansar, 1990: 7) yakni:
1)
Afirmasi atau penegasan dimensi budaya
dalam proses pembangunan, karena pembangunan akan hampa jika tidak diilhami
oleh kebudayaan masyarakat/ bangsa yang bersangkutan.
2)
Mereafirmasi dan mengembangkan identitas
budaya, dan setiap kelompok manusia berhak diakui identitas budayanya.
3)
Partisipasi, yakni dalam pengembangan
suatu bangsa dan negara maka partisipasi yang optimal dari masyarakat adalah
mutlak perlu.
4)
Memajukan kerjasama budayaantar bangsa
yang merupakan tuntutan mutlak dalam era globalisasi.
c.
Pengembangan
Sarana Pendidikan
Pengembangan
sarana pendidikan sebagai salah satu prasyarat utama untuk menjemput masa depan
dengan segala kesemptan dan tantangannya.
Khusus
untuk menyongsong era globalisasi yang makin tidak terbendung, terdapat
beberapa hal yang secara khusus memerlukan perhatian dalam bidang pendidikan.
Santoso S. Hamijoyo (1990: 33) mengemukakan lima strategi dasar dalam era
globalisasi tersebut yakni:
1)
Pendidikan untuk mengembangkan iptek,
dipilih terutama dalam bidang-bidang vital, seperti manufakturing pertanian,
sebagai modal utama menghadapi globalisasi.
2)
Pendidikan untuk pengembangan,
keterampilan manajemen, termasuk bahasa-bahasa asing yang relevanuntuk
berhubungan perdagangan dan politik, sebagai instrumen operasional untuk
berkiprah dalam globalisasi.
3)
Pendidikan untuk pengelolaan
kependudukan, lingkungan, keluarga berancana, dan kesehatan sebagai penangkal
terhadap menurunnya kualitas hidup dan hancurnya sisitem pendukung kehidupan
manusia.
4)
Pendidikan untuk pengembangan sistem
nilai, termasuk filsafat, agama dan ideologi demi ketahanan sosial budaya
termasuk persatuan dan kesatuan bangsa.
5)
Pendidikan untuk mempertinggi mutu
tenaga kependidikan dan kepelatihan, termasuk pengelola sistem pendidikan
formal dan ninformal, demi penggalakan peningakatan pemerataan mutu, relevansi,
dan efisiensi sumber daya manusia secara keseluruhan.
Khusus
untuk pendidikan tinggi, terdapat kecendrungan berkembangnya pola pemecahan
masalah secara multidisiplin. Oleh karena itu, diperlukan suatu program
pendidikan yang kuat dalam dasar keahlian yang akan memperluas wawasan keilmuan
dan membuka peluang kerjasama dengan bidang keahlian lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar